Selasa, 27 Maret 2012

Kotak Memori

Kadang rindu hadir laksana candu yang berkali kali menderu tanpa tahu kapan berlalu

Hari ini susah sekali mataku terpejam, kubuka kotak di sudut lemari..

Kotak memori aku menyebutnya,

Hmmm…perlahan kuambil, sambil meneguhkan hati,

Dari beberapa meter rasanya bahkan sudah tercium, ada harum luka, yang anyir namun terasa dalam.

Satu persatu kubuka dan kukeluarkan isinya,

Aku merindui setiap masa itu, ketika kamu dengan malu malu memberikanku mawar di tengah hariku yang kelabu,

Sepucuk surat dan ah, mungkin bagimu surat ini adalah hal konyol dan menggelikan, tapi entah kenapa malam ini, jemari dan mataku seakan ketagihan caffeine, yang membuat aku mampu mengeja tiap kata yang kau tulis dengan sempurna.

Kamu tahu aku menyimpan bahkan mengabadikan semua momen yang berharga itu.

Suara jangkrik yang meringkik sebagai sebuah pertanda bahwa malam akan segera berganti dengan pagi.

Kututup dan kuletakkan kembali satu persatu benda-benda itu, mawar kering dan juga lembar-lembar usang kertas penuh tinta cinta yang dulu pernah kuagung agungkan.

Malam ini aku mengingatmu,

Namun entah rasanya tak semenyakitkan dulu.

Senin, 26 Maret 2012

26-11-2011

Entahlah cerita apalagi yang aku baca di lembar kali ini.

Satu yang aku yakin, akan ada namamu di cerita kali ini.

Halaman baru, kisah baru, dan semoga senyum baru.

Akan kutapaki dengan lebih hati-hati, kubaca tanpa perlu membalik halaman sebelumnya, terus baca hingga dia kelelahan menuliskan namamu di ceritaku.

Pada bahumu, aku pernah meletakkan penat yang seketika kamu ganti dengan cerita-cerita menenun senyum.

Untuk senyum-senyum yang sekarang menggantung di wajahku tiap kali dinding-dinding imajiku melukis parasmu, aku mengucapkan terima kasih. Terima kasih, kamu!

Entah apa yang kamu rasa saat membaca ini, yang pasti aku sedang bimbang untuk mengungkapakan rasa yang tengah aku eja.

Rasanya mau kuhentikan tulisan ini, malu..

Tapi jika kubandingkan dengan hangat yang kurasa ditiap kali aku bersandar di bahumu, tiap kali jemari kita bersatu..

Ah, aku sudah pernah bilangkan, kalau aku suka matamu? tambahkan dua lagi, aku kecanduan bersandar di bahumu, jemariku menemukan nyaman terpeluk jemarimu.




LUKA ABADI

Warna warni senja sore ini begitu sempurna, ada jingga, ungu yang semburat namun tak berlebihan..

Memutar memori yang lama, seperti piringan hitam yang berdecit pelan, mengingatkanku pada satu lini masa perjalanan yang pernah kita urai bersama dulu,

Di bawah temaram senja di dekat bukit beberapa tahun lalu, kita pernah sama sama menitipkan asa, dan saling bertukar rasa,

Kita sama sama menulis permohonan di secarik kertas dan kemudian menggulungnya, sambil menitipkan harap,

Lekat dan menutup bibir rapat, sambil merasakan detak nadi yang semakin memburu, berharap waktu cepat berlalu dan tiba saat kita membuka harap yang kita simpan rapat

Kini waktu itu tiba, dibawah senja yang sempurna namun tak lengkap, karena yang ada hanya aku dan gulungan –gulungan kertas permainan rahasia kita

Aku membuka perlahan, "ahh kamu selalu benar", bisikku

Bahkan kamu dan aku sama sama telah menuliskan akhir dalam takdir perjalanan ini,

“LUKA tulismu dan ABADI tulisku”

 

Copyright © PRIMADIANA YUNITA. Template created by Volverene from Templates Block
WP by WP Themes Master | Price of Silver