Rabu, 26 November 2014

Kepada Kamu di Tahun Ketiga




Kepada kamu, hadiah dari Tuhan yang dititipkan pada semesta 
Aku mengucap banyak terima kasih karena sebentuk rasa yang masih terjaga hingga tahun ketiga kita.

Debar ini masih sama, seperti saat pertama kita menaklukkan bianglala di tengah kota.

Bagiku, entah dan bagaimanapun itu, kamu terlalu tahu bagaimana cara untuk membuat segala rasaku untukmu selalu utuh dan baru. 

Hari ini aku tidak lagi ingin menulis banyak perihal kita yang tidak akan habis diurai segala perkaranya

Aku hanya ingin mendoa, agar kebersamaan kita tidak hanya sebatas hitungan angka, satu dua dan tiga

Tapi akan berjalan selamanya tanpa pernah ada akhirnya

Kepada kamu, selamat mengulang hari jadi kita di tahun ketiga.





Rabu, 05 November 2014

Rindu Masa Lalu



Kerinduan itu akhirnya terjawab semalam,

Lewat hujan yang datang hampir tengah malam.

Air bergemericik turun menyapa butir butir tanah yang dilanda dahaga beberapa bulan silam.

Seperti layaknya katak yang bernyanyi riang saat yang ditunggu tunggu datang,

Hatiku berdendang mengurai kenangan perihal rasa dan segala perkaranya yang tetiba datang begitu saja.



Semesta terkadang punya caranya untuk mengirimkan sinyalnya atas kamu,

Memutar kembali jalinan pita atas nama cinta yang pernah kita genggam bersama.

Karenamu caraku merayakan datangnya hujan tidak akan pernah sama.



Menuliskan tentang hujan sama saja mengulang kenangan tentang satu ciuman

Jangan tanya bagaimana rasanya, aku yakin lebih rumit daripada sekedar penjabaran atas reaksi kimia

Setahun berlalu dan debar itu tak pernah berhenti mengetuk setiap kali hujan menyapaku

Atas rindu ini dan segala ingatanku tentangmu aku mulai lelah dan hilang arah.

Rasa-rasanya, aku ingin mendamai dengan segalamu yang seharusnya telah lalu. 



Hujan akhirnya merintik pelan-pelan menyudahi deras yang tiba-tiba.

Lagi lagi rindu ini dibiarkan tumbuh semu dibungkus ingatan tentang masa lalu.

Lewat sepi yang hanya bisa aku nikmati sendiri saat ini,

Biarkan malam ini kukirim kepadamu sandi bahwa aku tengah mencandui akan segala kenangan yang telah kita lalui.

Minggu, 22 Juni 2014

Sebuah Percakapan



Ada yang lebih sakral dari sebuah kerinduan yang tak menemukan jalan,

dan ada yang lebih syahdu dari sekedar bertemu

Aku menamainya sebagai sebuah percakapan.

Bersenyawa dalam segelas coklat dan teh hangat yang diramu dengan debar yang tak berkesudahan

Kamu dan aku membisu, terpaku dalam ragu.

Pada sepasang kursi yang diam diam mulai bosan memandangi frasa tanpa adegan

Menyelinapkan sebuah tanya yang semakin tak kuasa untuk aku utarakan

“apakah kita akan menuju kesana ?” tanyaku

Kamu pun masih larut dalam diammu yang tak berkesudahan.

Jujur saja sore itu aku mulai kehilangan harapan,

aku bersiap untuk meruntuhkan segala impian yang selama ini aku gantungkan,

aku mulai hilang kesabaran. Sungguh.

Tiba tiba saja, “aku tidak ingin kamu pergi lagi,  aku ingin kamu selalu disini. Entah apa itu menjawab pertanyaanmu, tapi hanya itu yang aku tau “, jawabmu.

Ketakutan seketika sirna, berganti dengan dekapan kemudian sebagai jawaban atas segala kegundahan yang akhirnya menemukan jalan pulang.
 

Copyright © PRIMADIANA YUNITA. Template created by Volverene from Templates Block
WP by WP Themes Master | Price of Silver