Minggu, 11 Juli 2010

Dilema "si bola bundar"

Tulisan pertama saya ini, diawali dengan ulasan mengenai olahraga yang sedang digandrungi oleh sejuta umat, SEPAKBOLA!!




Sepakbola saat ini menjadi olahraga yang paling digemari oleh seluruh penduduk di penjuru dunia. Ajang bergengsi yang selalu dinanti oleh para pecinta sepakbola yakni Piala Dunia semakin melengkapi obrolan para penikmat "si bola bundar" ini. Pada mulanya, permainan sepak bola diciptakan sebagai sarana mengisi waktu luang sembari untuk berolah raga. Akan tetapi, saat ini sepak bola berubah menjadi media bisnis besar yang melibatkan para penguasa dunia. Lebih dari itu, sepak bola bisa merubah status sosial seseorang lantaran kekayaan dan popularitas yang diperoleh para pemainnya.

Disaat belahan dunia lain sudah maju dengan industri sepakbola mereka, kita di Indonesia masih dihadapkan dengan masalah keuangan klub. Selain itu, prestasi timnas pun mengalami kemunduran. Prestasi tim nasional kita yang dulunya sangat ditakuti untuk kawasan Asia, sekarang untuk kawasan Asia Tenggara saja kita sudah berada di peringat ketiga / keempat setelah Thailand, Singapura, Vietnam. Bahkan di Sea Games akhir tahun lalu, kita berada dibawah Laos.

Ketika PSSI mengajukan diri untuk menjadi tuan rumah tunggal Piala Dunia 2022 masyarakat banyak yang tidak mendukung kebijakan tersebut karena masyarakat menganggap bahwa kondisi sepak bola kita belum pantas menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 ditinjau dari berbagai aspek. Jika berbicara masalah sepak bola, tentunya bukan hanya permainannya saja yang aktraktif dan memikat. Sehingga banyak orang di muka bumi ini yang begitu terpesona. Dan juga bukan hanya sekedar games kesebelasan vs kesebelasan yang saling mengadu teknik merebutkan sebuah bola. Tetapi ternyata dibalik pesona sepak bola menyimpan potensi bisnis yang sangat prospektif.

Di luar negeri khususnya di negara-negara Eropa memang sudah terbukti bahwa potensi bisnis dari industri sepakbola sudah sangat pesat perkembangannya. Tapi di negara kita sendiri yakni Indonesia apakah industri sepakbolanya sudah menghasilkan lahan bisnis yang sangat menguntungkan.

Kompetisi sepakbola di Indonesia memang unik. Sebagai contoh misalnya Indonesia Super League (ISL) yang notabene merupakan kompetisi tertinggi tingkatnya. Walaupun berlabel Liga Profesional namun kenyataannya dalam menjalankan kompetisinya sebagian besar klub masih mengandalkan dana APBD. Sehingga saat ada wacana dari Menteri Dalam Negeri bahwa mulai tahun 2010/2011 dilarang secara bertahap penggunaan dana APBD untuk sepakbola. Banyak klub-klub di Indonesia yang kebingungan, darimana sumber uang untuk bisa menjalankan kompetisi ini.

Lebih jauh lagi, iklim bisnis di Indonesia masih belum menyentuh sepakbola. Sepakbola belum dianggap sebagai lahan industri yang bisa menghasilkan keuntungan besar. Apabila dibandingkan dengan kondisi di Liga Premier Inggris atau di Liga Calcio Italia dimana sepakbola sudah menjadi industri yang mengejar keuntungan, kebijakan klub berarti keuntungan dan prestasi. Artinya ada hubungan yang signifikan antara prestasi dengan keuntungan, semakin berprestasi sebuah klub, semakin untung perusahan pengelolanya.

Semakin menurunnya persepakbolaan nasional, ternyata bukan saja menjadi keprihatinan masyarakat penggila bola, tetapi juga mendapat perhatian dari presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang menghendaki adanya perbaikan sistem persepakbolaan nasional.

Prestasi sepakbola tidak bisa didapat secara instan, perlu proses panjang untuk menciptakan sebuah prestasi. Salah satu pendukung terciptanya jalan menuju prestasi adalah kompetisi sepakbola yang baik, dan hal pertama yang perlu diperhatikan dalam kompetisi adalah pembinaan. Dalam konteks industri sepakbola saat ini, sepakbola adalah suatu sistem. Mulai dari wadah (kompetisi, BLI/PT Liga Indonesia sebagai produser), Regulator (PSSI sebagai induk organisasi sepakbola tertinggi) hingga pelaksana (klub, suporter dan semua komponen penyelenggara pertandingan) harus bersinergi dan memiliki satu visi yang sama yaitu memajukan sepakbola Indonesia.

Industri adalah sebuah bisnis, sepakbola sebagai sebuah industri tentunya berprospek meningkatkan income. Uang memang penting, namun yang lebih penting adalah bagaimana menciptakan iklim kompetisi yang kondusif bagi kepentingan industri sepakbola dan tentunya prestasi sepakbola nasional. Namun di Indonesia seringkali terjadi bahwa penyelenggara, regulator dan pelaksana di lapangan berjalan sendiri-sendiri. APBD yang seyogyanya harus dicoret dari sumber pendanaan masih diijinkan untuk dipakai, hukuman dan sanksi yang semestinya tegas masih bisa dikompromikan dan klub merasa selalu punya uang untuk mengontrak pemain dengan harga mahal sedangkan pemain mudah merasa puas dengan apa yang sekarang sudah dicapai.

Inilah potret sepakbola Indonesia, sebuah stagnanisasi pemikiran mengenai kemajuan sepakbola di Indonesia. Belum ada tokoh revolusioner di dalam tubuh PSSI yang berani merubah wajah sepakbola Indonesia, belum ada seseorang yang mampu mengubah tatanan sepakbola yang sampai saat ini sudah dianggap mapan. Kunci berkembang atau tidak sepakbola Indonesia berada pada titik ini, kalau belum ditemukan manusia yang mampu mendorong terciptanya iklim sepakbola yang baik di Indonesia, jangan pernah berharap sepakbola Indonesia bisa berprestasi.

Sepakbola Indonesia perlu pembenahan dalam banyak hal. Perbaikan sarana dan prasarana sampai kepada pembentukan pemain yang berkualitas adalah pekerjaan rumah yang cukup berat bagi sepakbola Indonesia. Namun tidak ada yang tidak mungkin, selama kita mau berusaha. Stadion di Indonesia mulai berbenah, stadion-stadion baru direncanakan mulai dibangun. Konsep pembinaan juga mulai diperhatikan dengan adanya kewajiban bagi setiap klub Liga Super untuk memiliki tim dibawah usia 21 tahun, konsep ini perlu dikembangkan dengan mewajibkan klub memiliki akademi sepakbola.

Untuk menopang segala perbaikan tersebut tentunya membutuhkan dana. Sponsor dapat diperoleh dengan meningkatkan animo masyarakat dan perbaikan mental suporter. Televisi dan internet merupakan sarana tepat untuk mempromosikan dan meningkatkan animo masyarakat untuk menonton sepakbola Indonesia. Dengan banyaknya pemberitaan dan siaran langsung pertandingan sepakbola nasional, sponsor pun akan mendapat timbal balik dengan produknya lebih dikenal oleh masyarakat. Dengan masuknya sponsor, klub akan mampu mandiri, dan tidak ada lagi alasan kesulitan mencari dana.

Arema merupakan sedikit dari sekian banyak tim yang masih bertahan di persepakbolaan tanah air. Sebagai tim yang memang sejak kelahirannya tidak bergantung dana APBD, sudah sejak lama Arema merasakan bagaimana menghadapi serta mengatasi krisis pendanaan klub, bahkan jauh sebelum undang-undang sistem keolahragaan disahkan di negeri ini, pada tahun 2005. Karenanya tidak heran sense of survival yang dimiliki Arema relatif lebih baik daripada klub-klub perserikatan lain, mengingat Arema sejak awal berdirinya sudah terbiasa dengan pendanaan swadaya.

Sepakbola yang enak ditonton, dan tidak membuat orang takut untuk menonton di stadion juga akan membantu memajukan sepakbola Indonesia. Mental suporter harus berbenah, benar-benar menjadi suporter sejati, bukan hanya sebagai provokator. Kerusuhan dan keonaran yang tercipta dalam sepakbola hanya akan membawa sepakbola Indonesia terkubur lebih dalam. Disinilah suporter ditantang untuk membenahi sepakbola dalam skala nasional, bukan hanya sebuah kebanggaan terhadap sebuah klub semata.

Sepakbola Indonesia adalah aset bangsa, kemajuan sepakbola Indonesia bisa mengangkat posisi tawar Indonesia di mata sepakbola dunia. Tentunya hal ini bisa terjadi jika mampu membuat prestasi gemilang di kancah yang lebih besar. Permulaaan itu dari Liga Indonesia, maka kebijakan yang harus diambil adalah membuat klub peserta Liga lebih mandiri, selanjutnya memikirkan kembali untuk membuat format yang sesuai dengan klub-klub di Indonesia agar tidak banyak yang mengalami kesulitan dana.

Diperlukan apresiasi dan kemauan politik yang tinggi dari pemerintah dalam upaya peningkatan prestasi tim nasional Indonesia di tingkat regional maupun internasional. Pemerintah harus yakin bahwa sepakbola mampu mengangkat nama dan citra Indonesia, asalkan pemerintah juga mampu memberikan dukungannya dengan pengadaan infrastruktur yang lebih baik. Jadi mari kita rekatkan tangan dan bersama-sama membangun sepakbola Indonesia.

Salam sepakbola!

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © PRIMADIANA YUNITA. Template created by Volverene from Templates Block
WP by WP Themes Master | Price of Silver