Rabu, 19 Januari 2011

"me...." atau "di.."


Saya menulis posting ini di jam 13.00 hari Kamis siang. Ketika agenda hari ini hanyalah ngehedon di rumah alias ngendon yang disebabkan banyak hal...

*Salah satunya uang yang menipis pasca hedon bersama meme ke BNS..ahahhahaa

Oke....

Ini Cuma sebatas perenungan tentang diri saya ataupun sebenarnya kata kata yang terlintas pada saat saya sedang mandi tadi pagi,,,

Tepat di bilik termenung,tiba tiba kata itu lewat...

Entah ada setan darimana,,tiba tiba saya memikirkan pertanyaan seorang teman tempo hari lalu,,

Sederhana si,,

“Kamu lebih memilih mencintai atau dicintai?”

“Lebih sakit mana menyakiti atau disakiti?”

What the...

Sumpah demi apa..!!!

Saya yang biasanya bisa asal nyerocos buat njawab secara diplomatis,,tiba tiba PET!! Diem...dan speechless..Gag bisa njawab..

Pertanyaan itu terlalu sulit untuk dijawab menurut saya,,,

Walaupun tinggal memilih,.,,tapi sungguh menurut saya tidak sesederhana itu jawabannya..

Apabila kita seringkali melihat keadaan dimana dicintai yakni sebagi objek yang menerima cinta selalu lebih enak dibanding dengan kegiatan mencintai yang tentunya butuh pengorbanan lebih besar karena melakukan pekerjaan yang lebih banyak. Maka pertanyaannya apa memang benar selalu seperti itu?

Dan apabila disakiti itu selalu lebih sakit daripada menyakiti dengan asumsi bahwa menyakiti itu adalah perbuatan kejam yang menyakitkan orang lain, melukai, membuat orang lain sedih dan kesal. Dan semua orang akan merasa simpatik akan apa yang dialami. Lantas bagaimana dengan sisi orang yang menyakiti, apa benar dia juga tidak merasakan hal yang sama dengan melakukan perbuatan yang menyakiti? Apakah selalu lebih bahagia? Apakah hal itu selalu salah?

Kata orang bijak : orang baik akan peduli sejauh apa dia menyakiti. dan dia pun sakit karena menyakiti.

Di postingan kali ini saya hanya mencoba untuk sedikit melihat hidup ini dari dua sisi yang mungkin sangat berbeda. Seperti 2 sisi di keping uang koin.


Tidak selamanya bukan objek yang “di...” selalu lebih enak. Tidak juga selalu lebih baik, dan yang “me..” juga tidak selalu salah dan buruk. Hidup ini tidak selamanya selalu binner opossition, hitam dan putih saja. Televisi saja saat ini sudah berwarna warni bukan? :D

Apabila dari kita ada yang memilih untuk menjadi subjek yang mencintai daripada dicintai, saya rasa itu juga bukan sebuah kesalahan yang besar ataupun hal yang merugikan. Bukankah esensi sang pecinta itu sendiri adalah bagaimana ia mampu mencinta dengan tanpa lasan dan balasan dari yang dicinta.

Sedangkan bagi yang memilih untuk dicintai juga tidak serta merta menjadi subjek yang terkesan selfish,,tidak demikian...Karena mungkin juga dengan jalan dicinta, kita juga akan melakukan kegiatan mencintai yang lain.

Banyak jalan ke Malang bukan, bisa lewat Mojokerto, ataupun Batu dengan jalan yang berliku, kita dapat memilihnya, yang terpenting bukanlah bagaimana cara kita mencapi malang tersebut, yang terpenting adalah bagaimana tujuan kita untuk mencapainya. Soal lewat mana,,itu adalah sebuah PILIHAN, yang masing masing orang mungkin bisa berbeda.

Nah, kepada siapapun yang masih bergumul dengan luka yang mungkin terjadi karena keterpisahan atau apapun yang bisa jadi sebab karena apa yang telah dilakukan orang lain kepada kita. Kita mungkin tidak pernah terfikir mengapa dia melakukan hal yang demikian adanya. Kita juga tidak tahu apakah dia lebih terluka karena memikirkan perasaan kita yang berduka, apalagi tidak mau memaafkannya.


Kedewasaan seseorang terlihat manakala dia menyikapi masalah, menyikapi cobaan. Apakah dia akan ikhlas, memaafkan dan bersabar atau sebaliknya.


Tidak penting persoalan tentang siapa yang lebih tersakiti akan siapa, atau siapa yang lebih menderita karena siapa. Juga tidak perlu untuk menarik simpati orang lain atas apa yang terjadi dengan kita, dengan apa yang telah kita alami maupun lakukan.


Yang terpenting adalah bagaimana kita menjadi pribadi yang ikhlas dengan mau memaafkan. Memaafkan diri kita sendiri, memaafkan kesalahannya, dan memaafkan kenangan serta waktu. Dengan begitu kita akan lega begitu juga dengan dia, dia bisa terlepas dari rasa bersalahnya dan melanjutkan hidupnya. Waktulah yang akan mengurai semua ikatan luka, bahkan menghapus kotak kenangan yang pernah ada.

Dan kita nantinya akan lebih bahagia dalam hidup kita di episode selanjutnya, karena Tuhan tahu kita telah membuat satu hati termaafkan dan melega, maka kita akan mendapatkan kebahagiaan yang sama.. bahkan tidak menutup kemungkinan bahagia yang diberiNya itu LEBIH BESAR. Indah ya memaafkan :)




*Faktanya..bilik termenung alias Kamar Mandi atau populer disebut WC, yang dalam bahasa asingnya dinamai TOILET mampu memberikan banyak inspirasi dan mampu membuat kita wise mendadak,,You wanna try?
#apa sih #random

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © PRIMADIANA YUNITA. Template created by Volverene from Templates Block
WP by WP Themes Master | Price of Silver