Hujan bulan desember ini seringkali turun tanpa aba aba,
mendaratkan genangan harap pada setiap rintik dan derasnya yang
kadang riuh rendah suaranya.
Kali ini aku menikmati hujan dengan mesra, ditemani secangkir
teh susu hangat, di meja dekat jendela.
Hujan ingin membuatku bercerita tentang kamu pemilik debar
rahasia, yang kali ini tidak bisa aku prediksi kehadirannya karena datang tiba-tiba.
Kali ini biarkan debarku menjelma menjadi aksara hingga kamu
mampu menginterpretasinya tanpa logika.
Biarkan saja debar ini mewujud dalam rima, entah bagaimana
nadanya, aku harap kamu merasai setiap hadirnya sebagai pertanda.
Dalam diam sepanjang malam, aku merasai senang yang terlewat
dalam karena debar rahasia yang aku rasa sepanjang waktu kita bersama.
Debar yang ingin aku simpan sendiri saja, dan aku harap
tidak pernah mereda, seperti romansa para pencinta yang begitu indah tanpa
perlu kata untuk mendefinisikannya.
Kepada kamu sang empunya debar rahasia yang masih saja malu malu untuk mengakuinya,
Kamu tahu, sejak malam itu, aku punya kebiasaan baru,
menabung debar satu demi satu, dalam sebuah bejana biru, sebagai bekal ketika
kita tidak lagi dapat bertemu pada sebuah penghujung minggu.
Semu memang, tapi seru menurutku, lucu mungkin pikirmu
Ah, aku dan kamu sudah sama sama dewasa, untuk merasai
percikan buncah yang ada, kita mengenalinya dengan seksama
Baiklah sekali lagi ini rahasia kita berdua ya, tolong
jangan katakan pada siapa siapa
0 komentar:
Posting Komentar